Senin, 20 Februari 2017

Sejarah Farmakognosi

‘Pharmacognosy’ berasal dari penggabungan dua kata YunaniyaituPharmakon (obat) dan Gnosis(pengetahuan) yang berarti,pengetahuan tentang obat-obatan. Penamaan ‘Pharmacognosy’ digunakan pertama dan terutama oleh CA Seydler, mahasiswa kedokteran di Halle / Saale, Jerman, yang dengan sungguh-sungguh  mengerjakan Analetica Pharmacognostica sebagai judul utama tesisnya pada tahun 1815. Selain itu, penelitian lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa Schmidt telah menggunakan istilah ‘Pharmacognosis’dalam sebuah buku monografi berjudulLehrbuch der Materia Media (yaitu, Lecture Notes on Medical Matter) sebelum 1811, di Wina. Kompilasi ini secara eksklusif berhubungan dengan tanaman obat dan karakteristik yang sesuai.
Dari penelitian tersebut, kemudian berkembang orang Mesir kuno, Cina, India, Yunani, dan Roma menggunakan Kamper yang diketahui memiliki manfaat yang sangat besar dalam pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit, misalnya: secara internalsebagai stimulans dan karminatif; secara eksternal yakni sebagaiantipruriticcounterirritant dan antiseptic.
Awalnya kamper diperoleh dengan hanya pendinginan minyak volatile dari sasafras, rosemery, lavender, sage, sedangkan orang-orang Yunani dan Romawi kuno memperolehnya dari produk dalam pembuatan anggur. Saat ini, kamper diperoleh pada skala besar secara sintetik (campuran rasemik) dari α-pinene yang terdapat dalam minyak terpentin.
Orang asli Afrika telah menggunakan ekstrak tumbuh-tumbuhan dalam upacara-upacara ritual mereka dimana subjek akan kehilangan gerakan tubuh yang lengkap tetapi mental harus tetap waspada selama 2 atau 3 hari. Kemudian, peradaban sebelumnya juga menemukan sejumlah minuman fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhan kaya zat yang mengandung alkohol dan cuka. Dengan berlalunya waktu mereka juga secara eksklusif produk-produk tumbuhan tertentu digunakan untuk meracuni tombak dan panah mereka dalam memangsa dan membunuh musuh-musuh. Menariknya, mereka menemukan bahwa beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan memiliki properti unik untuk menjaga kesegaran dan juga untuk masker dengan rasa dan aroma yang tidak menyenangkan.
Banyak kemajuan yang telah didapat di abad 19 ketika ahli-ahli kimia secara serius mengambil tantangan untuk mensintesis sejumlah besar senyawa organik dasar atau ‘prototype active biology’. Beberapa secara murni ‘disintesis senyawa’ pada dasarnya memiliki struktur kompleksitas yang terus meningkat dan kemudian, setelah evaluasi secara sistematis pada farmakologis dan mikrobiologi terbukti menghasilkan efek yang sangat baik dan berguna secara terapeutik. Jelas, bahwa kebanyakan dari ‘tailor-made’ senyawa yang telah ditandai dan dinyatakan memiliki indeks terapeutik ditemukan berada di luar dunia ‘pharmacognosy’atau lebih secara khusus‘phytochemistry’ yang sama sekali baru dengan muncul ‘jamu kimia’. Namun, disiplin khusus ini hampir terbengkalai sejak era parcelsus. Tetapi sekarang,‘jamu kimia’ telah diakui layak dan mendapat pengakuan yang luas di seluruh dunia karena manfaat dan keuntungannya.
Singkatnya, tiga disiplin ilmu yang menjadi dasar utama sebagian besar secara umum yang berkaitan dengan pengembangan obat-obatan, adalah:
  • Farmakognosi; mencakup informasi-informasi yang relevan yang berkaitan dengan obat-obatan yang secara eksklusif berasal dari sumber-sumber alam, misalnya: tumbuhan, hewan dan mikroorganisme,
  • Kimia medisinal: meliputi sepenuhnya pengetahuan khusus tidak hanya terbatas pada ilmu ‘obat sintetik’ tetapi juga dasar-dasar‘desain obat’, dan
  • Farmakologi: berurusan khususnya dengan kerja ‘obat’ dan masing-masing efek pada sistem kardiovaskular dan aktivitas-SSP.
Selama bertahun-tahun, dengan pertumbuhan yang luar biasa ilmu pengetahuan dan informasi berharga dari tiga disiplin ilmu tersebut di atas telah sepenuhnya muncul sebagai ‘ilmu lengkap’ dalam lingkup mereka sendiri.

Definisi Simplisia

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. 
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
  1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
Pada blog ini akan dibahas secara mendalam tentang simplisia tanaman obat. Simplisia tanaman termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut sebgai Piperis albi Fructus. Fructus menunjukkan bagian tanaman yang artinya buah.

Simplisia dari Hewan

1.      ADEPS LANAE

Nama Sinonim
:
Lemak bulu domba anhydrous lanolin, Wool FAT, Lemak bulu
Nama hewan
:
Ovis Aries (L.)
Keluarga
:
Bovidae
Zat berkhasiat Utama/Isi
:
Ester-ester lemak dengan kolesterol, oksikolesterol, gamma-lanosterol, lano-sterol dihidrolanosterol dan agnosterol.
Adapun asam lemaknya adalah asam palmitat, asam miristinat, asam lano-palmitat, asam lanoserat, asam serotat dan asam karnaubat, alkohol-alkohol, setil -alkohol dan karnaubiealkohol.
Penggunaan
:
Sebagai salep, sabun, pasta, pil dan serbuk.
Sediaan
:
-     Aethylis Aminobenzoatis Tannini Unguentum (Form. Nas).
-     Bacitracini Neomycini Polymyxini unguentum (Form. Nas).
-     Chloramphenicoli unguentum  (Form. Nas).
-     Gamexani cremor (Form. Nas).
-     Hydrocortini unguentum (Form. Nas).
-     Ichtammoli unguentum (Form. Nas).
-     Methylis Salysilatis unguentum (Form. Nas).
-     Tetracyclini Hydrocloridi unguentum (Form. Nas).
Pemerian
:
Zat serupa lamak, liat, likat warna kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya bau lemah dan khas.
Bagian yang diambil
:
Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.
Pembuatan
:
Pada bulu domba terdapat 10-50 % lemak yang merupakan selaput luar bulu tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu mengandung lemak tersebut. Pada air cucian ditambah asam sulfat dan magma berlemak yang terpisah diambil, magma diperas panas-panas untuk memisahkan kotoran-kotoran.
Lemak yang diperoleh dimurnikan lagi, jika masih berisi asam lemak bebas.
Lemak bulu domba dapat pula diperoleh langsung yaitu secara disari dengan pelarut organik.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya atau ditempat sejuk.



2. ADEPS SUILLUS

Nama sinonim
:
Lemak babi, Lard.
Nama hewan asal
:
Sus scrofa (L.)
Keluarga
:
Suidae
Penggunaan
:
Bahan salap, emplastrum
Sediaan
:
Emplastrum Plumbi Oxydi.
Pemerian
:
Lemak lunak, likat, warna putih bau leak tapi tidak tengik, jika dileburkan menjadi cairan jernih dan kemudian dibiarkan, tidak terpisah air.
Bagian yang digunakan
:
Lemak dari rongga perut.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.




3. CERA ALBA

Nama Sinonim
:
Malam putih, White Bees Wax.
Nama hewan
:
Apis Mellifera (L.) dan species lain.
Keluarga
:
Apidae
Zat berkhasiat Utama/Isi
:
Mirisin (Mirisilpalmitat), terdapat pula asam serotinat, serasin (campuran parafin), asam melisinat, seril-alkohol.
Penggunaan
:
Bahan salap
Sediaan
:
Methylis Salicylatis unguentum (F.N), Unguentum Leniens
Pemerian
:
Zat pada lapisan tipis bening warna putih kekuningan, bau lemah.
Bagian yang digunakan
:
Malam dari sarang yang telah dibersihkan dan yang telah diputihkan.
Cara memperoleh
:
Dulu diputihkan secara dijemur dan bentuk pita-pita tipis. Sekarang dioksidir dengan hidrogenperosida, kalium permanganat atau benzoil-peroksida.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.


4. CERA FLAVA


Nama Sinonim
:
Malam kuning, Yellow Bees  wax, yellow wax, bees wax
Nama hewan asal
:
Apis Mellifera (L.)
Keluarga
:
Apidae
Zat berkhasiat Utama/Isi
:
Mirisin (=Mirisilpalmitat), serin atau asam serotinat, asam melisinat, mirisil-alkohol, hidrokarbon heptakosan dan hentrakontan.
Penggunaan
:
Bahan salep.
Sediaan
:
Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)
Pemerian
:
Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika hangat enjadi elastis, bekas patahan buram dan berbutir warna coklat kekuningan, bau enak seperti madu.
Bagian yang diambil
:
Malam yang telah dibersihkan dari sarang apis
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik

 

5. CETACEUM


Nama Sinonim
:
Setaseum, Spermaseti
Nama hewan asal
:

Physeter macrosephallus

Physeter catodon(L.) dan Hyperoodon rostratus (Miller)
Keluarga
:
Physeteridae
Zat berkhasiat Utama/isi
:
Setin ( = setilpalmitat ), setilstearat, setiloleat, setilaurat, setilmiristinat, dan setil alcohol.
Penggunaan
:
Bahan salap
Sediaan
:
Unguentum Leniens(Form. Nas).
Pemerian
:
Massa hablur bening, licin, warna putih mutiara, bau dan rasa lemah.
Bagian yang diambil
:
Malam padat murni yang diperoleh dari minyak lemak yang terdapat pada kepala, lemak dan badan ikan.
Cara memperoleh
:
Binatang menyusui ini kepalanya besar, bagian atas kepala berisi cairan yang setelah binatangnya mati, menjadi padat putih seperti bunga karang, merupakan campuran setaseum dan minyak lemak. Dengan perasan, pencucian dengan soda dan lain sebagainya diperoleh setaseum murni.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.

Pengolahan Bahan Nabati

        1.ALOE

Nama lain
:
Jadam, Aloes.
Tanaman asal
:
Bermacam-macam jenis Aloe :
Aloe perryi(Bakar)
Aloe barbadensis(Miller)
Aloe ferox (Miller)
Aloe africana(Miller)
Aloe spicata(Baker)
Keluarga
:
Liliaceae
Zat berkhasiat
utama / Isi
:
Damar, aloin, air dan abu. Sifat Purgatif disebabkan oleh 3 pentosida yaitu  barbaloin (=aloin), isobarbaloin dan betabarbaloin. Hidrolisa dari barbaloin antara lain menghasilkan aloe emodin dan d-arabinosa.
Penggunaan
:
Pencahar
Pemerian
:
Semua jenis jadam berasa sangat pahit dan menimbulkan rasa  mual.
Bagian yang
digunakan
:
Cairan yang keluar dari potongan daun segar.
Jenis – jenis, cara panen dan perbedaannya
:
1. Jadam Curacoa diperoleh dari AloebarbadensisAloe veraAloe vulgaris.
Batang sangat pendek dan mengayu,  bunga kuning terang.  Pada  permulaan  musim semi,  daun - daun dipotong pada pangkalnya, diletakkan miring dalam  lubang bentuk V. Cairan yang keluar ditampung dalam tong, dibiarkan menguap di udara atau direbus dalam panci tembaga sampai kental,  dimasukkan  cetakan  dan  dibiarkan menjadi keras.

2. Jadam Cape diperoleh dari AloeferoxAloe africanaAloe Spicata (=aloe eru varcernuta). Batang tinggi seperti pohon sampai  5 meter,  daun - daun sebanyak 30-50 helai, bunga putih. Daun yang telah dipotong ditampung cairannya dalam kanvas atau kulit kambing.  Cairan ini  kemudian dikumpulkan dalam drum atau kaleng, direbus selama 4 - 5 jam dengan dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan menjadi keras.

3. Jadam Sekotrin, Massa  yang licin,  mengkilap warna hitam kemerahan  sampai  hitam kecoklatan kadang - kadang lunak. Mudah dipatahkan, patahan berbentuk kerang dengan tepi yang tajam, jadam yang segar disimpan lama, bau mirip campuran putik krokus dan mira.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.

                                      


2. CAMPHORA

Nama lain
:
Kamfer
Tanaman asal
:
Cinnamomum camphora (L.)
Keluarga
:
Lauraceae
Zat berkhasiat
utama / Isi
:
Kamfer ( C12 H16 O )
Penggunaan
:
Karminativa, obat kejang, obat gatal, obat encok, anti iritansia.
Pemerian
:
Hablur butir atau massa hablur tidak berwarna atau putih, bau khas tajam, rasa pedas dan aromatik.
Cara panen
:
Potongan akar, batang dan cabang dialiri uap air, uap yang berisi minyak ditampung dalam kamar pendingin yang air pendinginnya mengalir dari atas kebawah melewati dinding kamar, kamfer menempel  disebelah atas  dan  sebelah bawah  terdapat  minyak dan air.  Minyak  disaring untuk  memisahkan  kamfer yang ada disitu.   Kamfer  yang  diperoleh  masih  kotor  berwarna  agak    jambon dan lunak. Untuk  pemurniannya  dicampur  kapur  sebanyak 1/5 bobotnya dipanaskan dalam periuk besi untuk membuang air dan minyak atsiri (suhu 100o)  setelah itu suhu dinaikkan sampai 175o – 200o  untuk mensublimasikan kamfernya.
Sediaan
:
-    Lotio Kummerfeldi (Form.nas)
-    Solutio Camphora spirituosa (F.N)
-    Tabulae Acidi acetylosalicylici compositum (FOI)
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.


3. CARBO  ADSORBENS

Nama lain
:
Karbo adsorben, arang penyerap.
Ketentuan
:
Arang yang dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan tertentu, telah diaktifkan untuk mempertinggi daya serap.
Penggunaan
:
Antidota
Pemerian
:
Serbuk sangat halus, bebas dari butiran, warna hitam, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik            



4. CATECHU

Nama lain
 Gambir
Tanaman asal
:
Uncaria Gambier (Hunter Roxb)
Keluarga
:
Rubiaceae
Zat berkhasiat
utama / Isi
:
25–50% asam katekutanat, 2-8% isokatekin dan akakatekin, kuersetin, merah kateku.
Pemerian
:
Tidak berbau, rasa mula-mula pahit dan rasa kelat-sepat, kemudian agak manis.
Bagian yang
digunakan
:
Sari air kering yang diperoleh dari daun dan ranting muda.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik


5. COLOPHONIUM

Nama lain
:
Gondorukem, Resina, Rosin.
Tanaman asal
:
Beberapa spieces Pinus.
Keluarga
:
Pinaceae
Zat berkhasiat
utama / Isi
:
Isomir dan modifikasi dari anhidrat asam abietat, termasuk golongan ini adalah asam primarat, asam sapinat.
Penggunaan
:
Bahan salep dan pleister, berkhasiat mencegah oksidasi dari lemak, maka berguna sebagai bahan pengawet salep.
Pemerian
:
Masa jernih seperti kaca, warna kuning pucat atau kuning kecoklatan, bersudut-sudut, rapuh mudah lengket satu dengan    lainnya, bau dan rasa lemah, mirip ter.
Bagian yang
digunakan
:
Sisa yang diperoleh pada penyulingan minyak atsiri dari damar minyak.
Jenis - jenis
:
1.  Gondorukem gom, sisa dari minyak terpentin yang disuling minyak atsiri, bubuknya berwarna putih, tidak lunak         50 – 70o
2.     Gondorukem kayu, diperoleh dari kayu pinus secara penyulingan, penyarian atau kedua cara ini bersama-sama, bubuknya berwarna kekuning-kuningan, bagian yang tidak tersabunkan lebih banyak dari pada gondorukem gom, titik lunak 53 – 55o
Sediaan
:
Solutio Mastichis compositus (FOI)
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.